Mbah Abdul Karim di lahirkan di Desa Grogolan Kec. Dukuhseti Kab. Pati pada Tahun 1877 M . Dari seorang Ayah yang Bernama Sawijoyo, yang memiliki empat orang putra yaitu Mbah Setro, Mbah Abdul Karim, Mbah Purno, dan mbh Sawijah. Sebelum menikah dengan mbh Wasilah, Mbah Abdul Karim muda menikah dengan seorang wanita asal desa Alasdowo ……….. dan dikaruniai seorang anak yang bernama mbah Amin.
Karena ketertarikannya dengan ilmu agama yang kuat Mbah Abdul Karim pindah dan menetap di Desa Kembang, dimana mbah Abdul karim memperdalam dan belajar ilmu agama kepada mbah KH. Hasbullah. Selanjutnya Mbah Abdul Karim menikah dengan mbah Wasilah dan dikaruniai 6 orang anak. yaitu Mbah Zubaidah, Mbah Mardiyah, Mbah H. Yunus, Mbah Yusuf, Mbah Tsuwaibah, dan Mbah Abdullah Suyuthi.
Selama masa hidupnya mbah Abdul Karim selalu mencurahkan fikiran, tenaga, harta dan benda untuk ikut mengembangkan agama khususnya di desa kembang dan sekitarnya. Mbah Abdul Karim merupakan santri dan sekaligus sahabat serta orang kepercayaan Mbah Hasbullah dalam menyiarakan agama islam di desa kembang dan sekitarnya.
Pembangunan Masjid Desa Kembang
Sebagaimana dikutip dari kisah pada buku Biografi mbh KH. Hasbullah yang telah masyhur, dalam proses pembagunan Masjid Sabilal Huda Kembang, nama dan peran mbh. Abdul Karim tidak dapat dipisahkan dengan Mbah Hasbullah. Karena beliau mbh Abdul Karim dipercaya oleh mbh Hasbullah sebagai Ketua Panitia Pembangunan. Sebagaimana prasati yang pernah ada di atas pintu sisi utara Masjid yang kurang redaksinya “Jumenengipun Masjid Kembang dipun Kiyati dening K. Abdul Karim, Dipun Pengajengi dening KH. Hasbullah, …..dan seterusnya”
Bahkan ketika timbul inisiatif dari mbah Hasbullah dalam pembangunan Masjid menggunakan kayu yang ada di makam Seboyo Desa Dukuhseti. Setelah melalui negosiasi panjang dengan ndoro Stend (Camat) dan Kepala Desa Dukuhseti, ahirnya kayu di tanah makam tersebut diperbolehkan untuk di tebang dengan syarat ranting pohon yang ditebang tidak boleh mengenai nisan/patok kuburan warga setempat. dan kalau sampai mengenai nisan/patok makam maka Mbah Hasbullah akan dibunuh (dipenggal kepalanya). Akhirnya mbah Hasbullah bermusyarah dengan mbah Abdul Karim, dan selanjutnya mbh Abdul Karim mendapat tugas dari mbh KH. Hasbullah untuk ikut Tirakat guna mencari solusi dari masalah tersebut. Setelah beliau mbh Abdul Karim tirakat di makam mbh Brojoseti selama 3 Jum’at berturut-turut. Pada jum’at ketiga mbh Abdul mendapatkan petunjuk yang memberi isyarat diperbolehkannya penebangan kayu tersebut.hal ini kemudian disampaikan kepada beliau mbh Hasbullah. Dengan dukungan penuh dari mbh Hasbullah akhirnya kayu tersebut berhasil ditebang oleh Para ahli tebang kayu dari Desa Grogolan dengan pengawasan langsung dari mbh Hasbullah bersama mbh. Abdul Karim. Atas izin Allah tidak ada satupun ranting yang mengenai nisan/potok pada makam penduduk Desa Dukuhseti tersebut.
Mengumpulkan Jariyah di Bandung Harjo
Mbah Abdul Karim mendapat mandat dari mbah Hasbullah untuk mengambil Jariyah di Bandung Harjo Jepara. Dalam menjalani tugas mengambil Jariyah di bandung Harjo Mbah Abdul Karim berjalan Kaki dengan membawa pikulan dan keranjang. Pernah suatu ketika mbah Abdullah Zawawi dan Abdullah Zabidi ikut ke Bandung Harjo dengan naik keranjang yang dipikul oleh mbh Abdul Karim. Jariyah dari bandung Harjo digunakan untuk Pembangunan Masjid Kembang.
Babat Alas Bandung Harjo
Karena seringnya Mbah Abdul Karim ke bandung Harjo akhirnya mbah Abdul karim babat alas dengan tujuan tanah tersebut bisa untuk pemukiman warga demi siar Agama Islam. Tetapi sayang ketika pada suatu hari datang seseorang mengambil air dan mencuci daging di tanah tersebut di tanya mbah Karim. Iku daging opo? dijawab niki daging kirik (anjing) maka saat itulah tanah tersebut ditinggalkan mbah Karim dan sampai sekarang tidak dketahui keberadaannya.
Mbah Wasilah menolak Hadiah
Bandungharjo merupakan rumah kedua mbah Abdul Karim. Karena seringnya di Bandung Harjo akhirnya mbah Karim disarankan oleh mbah Hasbullah untuk menikah lagi dengan tujuan ketika di Bandung harjo ada tempat untuk menginap. Maka alkisah mbah Karim menikan dengan seorang janda kaya raya. Sebagai rasa terimaksih janda Kaya tersebut memberikan hadiah kepada mbah Wasilah satu gerobag jagung, tetapi sayang pemberian hadiah tersebut ditolak oleh mbah wasilah, dan mbah wasilah menyuruh mbah karim untuk menceraikan janda tersebut. Maka saat itu pula mbah Karim menceraikan istri di Bandung Harjo. Dalam sebuah cerita yang disampaikan mbah wasilah kepada bu Rufik dikatakan , ndok seumpane aku ora ngamuk mbah karim kawin karo bandung Harjo aku yo kepenak, soale wonge sugeh.
Kesaktian Mbah Abdul Karim
Suatu hari mbah Abdul Karim menikah dengan wanita dari Kedawung dan mempunyai satu putra yaitu Mbah Amin, karena sudah mempunyai putra akan dibuatkan rumah mertuanya dengan memikul bambu, saat itu mertua mbah Abdul Karim memikul 10 bambu, dan Mbah Abdul karum hanya memikul 5 bambu, lalu mertua mbah Abdul Karim geremeng, dan mengadu ke anaknya kalau mbah abdul karim hanya mampu memikul 5 Bambu saja. Ketika mendengar hal itu mbah karim pergi ke kampung dan membawa semua bambu yang masih tersisa. Melihat hal itu mertua Mbah Abdul Karim lalu pergi sampai 40 Hari setelah 40 hari tidak kembali lalu mbah Karim menceraikan istrinya.
Mbah Abdul karim Memikul Mbah Abdullah Zawawi dan Mbah abdullah Zabidi
Perjalanan mbah abdul Karim ke Bandung Harjo untuk mengambil zakat tidak menaiki gerobak tetapi berjalan kaki, suatu ketika Mbah Abdul karim berangkat ke Bandung hajo Mbah Abdullah Zawawi dan Mbah Abdullah Zabidi saat m,asih kecil ikut dengan naik keranjang sesekali ketika ada pohon Mbah Abdullah Zawawi dan Mbah Abdullah Zabidi berpegangan dipohon, sehingga mbah Karim berjalan sempoyongan memikul dua bocah tersebut
Di Himpun dari :
Keturanan mbah Abdul karim yang saat ini masih hidup
Tinggalkan Komentar